image source: http://cdn1.theodysseyonline.com/
Kembali aroma sesak merasuk dan semakin menusuk. Membuat mata menatap kosong rokok yang kian habis terpotong, oleh bara api yang membuatnya semakin gosong. Jemariku mulai rindu mengukir kata-kata manis di tiap pesan singkat yang aku tulis.
Namun pesan itu tak selalu berisi kata-kata manis, kadang gurauan dan candaan lalu kau balas dengan kalimat-kalimat manja nan romantis. Perbincangan bersejarah kita selalu berlangsung tanpa henti. Walaupun itu hanya lewat pesan, namun itu mampu menciptakan kenangan yang berkesan.
Kembali tangan ku mencoba meraih rokok yang hampir habis di atas asbak. Asapnya menari-menari menggoda hingga ku kembali menghisap tembakaunya yang masih tersisa. Kadang rokoklah yang mampu sekejap membuatku melupakan segala keluh kesah. Malam itu kuputuskan untuk menyudahi perbincangan semu kita.
Aku terlambat. Sudah ada orang lain disana yang selalu siap menunggu dan menantikan kabarmu. Orang yang selalu peduli akan keadaanmu. Orang yang mengucapkan kata-kata mesra mulai pagi sampai matahari hilang menghakhiri hari, hingga kau tidur memeluk mimpi. Setidaknya orang itu pernah mengucap cinta padamu. Setidaknya orang itu membuat kau tau kalau dia memiliki rasa sayang padamu. Dan tanpa memikirkan perasaanku, kau meng”iya”kan saat dia meminta izin untuk memasuki hatimu.
Aku kehilanganmu sebelum sempat ku sampaikan isi hatiku. Sesuatu yang seharusnya aku lakukan sejak dulu. Kini harimu-hari sudah diisi dengan kehadiran sosok baru.
Tak ada lagi kata-kata manis yang setiap malam aku tulis. Tak ada lagi kalimat-kalimat manja yang setiap malam aku baca. Karena kalimat-kalimat manjamu itu sudah terkirim ke pemiliknya yang baru. Denganku kau berbagi kesementaraan, dengannya kau berbagi perasaan.
Aku terlambat mengetahui ternyata kau juga punya perasaan yang sama padaku. Kembali ku hisap dalam-dalam, asap rokok yang membuat pikiranku semakin kelam. Mulai terbayang, jika saja waktu itu aku lebih cepat mengucap sayang. Semua itu kini hanya tinggal harapan lepas di tengah jalan, terbang. Kisah bahagia kita kini berhenti aku tulis, jemariku tak kuasa melanjutkan cerita kita sampai habis, karena ku tau diakhir cerita hanya ada penyesalan yang miris. Kurelakan kau bahagia dengan sosok penggantiku, tentangmu aku sudah tutup buku.
0 komentar:
Posting Komentar