Jumat, 20 Mei 2016

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

A.    Pengertiaan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran - Membahas pembelajaran dalam dunia pendidikan tidak akan ada habisnya. Dalam kesempatan kali ini akan membahas pengertian pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran sendiri memiliki arti suatu sudut pandang tentang proses pembelajaran  yang masih dalam arti umum  yang didalamnya dapat mewadahi, menguatkan, memberikan inspirasi.
Dalam pembelajaran sendiri mengenal pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar. Dari kedua jenis pendekatan ini tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing – masing. Yang perlu dilihat adalah mana yang cocok untuk diterapkan pada proses pembelajaran.  Bila melihat kondisi di Indonesia maka sangat diyakini akan lebih banyak menggunakan proses jenis kedua yaitu berpusat pada pengajar.
Apapun pendekatan yang akan dipilih merupakan hasil dari penelitian dan solusi yang tepat dengan kondisi yang tepat. Selain dari pada itu pendekatan Pembelajaran juga memiliki kerakteristik yang dapat digunakan antara lain.
1. Indetifikasi, menetapkan sasaran, menetapkan kualifikasi output dan target yang ingin dicapai harus dilatari oleh lingkungan yang kali ini berpatok pada masyarakat.
2. Pemilihan cara paling efektif untuk mencapai sasaran dengan mempertimbangkan.
3. Menentukan langkah yang akan dicapai mulai dari awal hingga akhir, dengan tujuan agar mudah dalam memantau kinerja.
4. Menetapkan criteria dan standar sebagai tolak ukur pencapaian pembelajaran yang telah ditetapkan..

Karekteristik yang ada akan lebih memudahkan dalam membuat beberapa rumusan pencapaian dalam pembelajran dan dapat menepatkan pendekatan pembelajaran mana yang tepat untuk digunakan. Dalam proses pembelajaran sendiri tidak dapat anda putuskan sendiri menginggat kemampuan  dari setiap sumber daya dan lingkungan tidaklah sama. Tetap membutuhkan saran dari beberapa pemangku kepentingan. Bila anda merupakan tenaga pendidik yang akan memilih menggunakan pendekatan pembelajaran model seperti apa, usahakan sebelum memilih ketahuilah kebutuhan yang cocok pada daerah sekitar anda, jangan memaksakan menggunakan salah satu pendekatan yang benar namun sangat bertentangan dengan realita. Berkompromi dengan realita dapat menjadi faktor informal yang dapat anda gunakan. Dalam posisi ini dibutuhkan beberapa faktor informal untuk kepentingan bersama.

B.     Macam-macam Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1.      Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih di utamakan dari pada hasil belajar, sehingga guru di tuntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan  memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan keterampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6).
Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
2.      Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999)  kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya.
Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing. Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan. 
Adapun teori lain yang menyatakan macam-macam pendekatan pembelajaran Deduktif – Induktif yaitu :
a.       Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
b.      Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan  menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.
Definisi lain juga menyatakan adanya pendekatan pembelajaran dengan Konsep dan Proses yaitu :
a.       Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
b.      Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan dalam diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang dialaminya.
Ø  Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines.
Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah.
C.PEMBELAJARAN EFEKTIF
1.       Peran Guru Dalam Pembelajaran : Guru sebagai Sumber Belajar Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Oleh sebab itu guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
1.      Memiliki referensi materi pelajaran yang banyak
2.      Menunjukan referensi buku yang dapat dipelajari siswa
3.      Memetakan materi pelajaran, dengan menentukan materi inti dan materi tambahanSosialisasi KTSP

  1. Guru sebagai pengelola kelas dan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilaksanakan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta mengembalikan kondisi belajar yang terganggu.
1.      Kehangatan dan keantusiasan
2.      Berbagai variasi kegiatan
3.      Keluwesan
4.      Menekankan pada hal-hal yang positif
5.      Mengembangkan disiplin diri Sosialisasi KTSP

  1. Guru sebagai Fasilitator/mediator pembelajaran seharusnya banyak melibatkan peserta didik, agar mereka mampu sebanyak mungkin bereksplorasi untuk membentuk kompotensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah
1.      Tidak berlebihan mempertahankan pendapatnya
2.      Dapat lebih mendengarkan siswa, terutama tentang aspirasi dan perasaanya
3.      Mau dan mampu menerima ide siswa yang inovatif dan kreatif
4.      Lebih memperhatikan hubungan dengan siswa
5.      Toleran menerima kesalahan yang diperbuat oleh siswa dalam proses pembelajaran
6.      Menghargai prestasi siswaSosialisasi KTSP
  1. Guru sebagai pembimbing siswa adalah pribadi yang unik, oleh sebab itu guru harus mampu membimbing siswa dengan berbagai keunikan yang dimiliki oleh siswa.
1.      guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang dibimbingnya
2.      guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan tentang tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai, maupun merencanakan proses pembelajaranSosialisasi KTSP

  1. Guru sebagai Monivator
1.      Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
2.      Membangkitkan minat siswa
3.      Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
4.      Memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
5.      Berikan penilaian
6.      Berilah komentar terhadap hasil belajar siswa
7.      Ciptakan persaingan dan kerjasamaSosialisasi KTSP

  1. Guru sebagai demontratorl Peran guru sebagai demontrator adalah peran untuk mempertunjukan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan  Guru sebagai evaluator
1.      Evaluasi untuk menentukan keberhasilan siswa
2.      Evaluasi untuk menentukan keberhasilan guruSosialisasi KTSP

  1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (Paikem)
1.      Mengaktifkan Siswa dalam Proses Pembelajaran
2.      Memberikan peluang kepada siswa untuk berinovasi
3.      Menjadikan siswa sebagai manusai yang kreatif
4.      Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif
5.      Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkanSosialisasi KTSP

  1. Kelemahan PAIKEM  Membutuhkan waktu yang banyak dalam pembelajaran  Guru dituntut untuk memiliki keterampilan dan kreativitas  Proses pembelajaran hanya menjadi ajang permainan Membutuhkan biaya yang besar Membutuhkan persiapan yang matangSosialisasi KTSP.

  1. Beberapa Istilah dalam Strategi Pembelajaran  Pendekatan. Pendekatan (approach) merupakan sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Ada dua pendekatan yaitu pendekatan yang perpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approach). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta pembelajaran strategi pembelajaran induktifSosialisasi KTSP

  1. Metode. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjukan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan stategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai metode Teknik. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka menginplementasikan suatu metode. Setiap orang memiliki gaya tersendiri dalam pembelajaran walaupun menggunakan metode yang samaSosialisasi KTSP.

  1. (KEPALA BERNOMOR) (SPENCER KAGAN, 1992) Langkah-langkah :
1.      Siswa dibagi dalam kelompok, setiap Siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3.      Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4.      Guru memanggil salah satu nomor Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5.      Tanggapan dari teman yang lain, kemudian Guru menunjuk nomor yang lain
6.      Kesimpulan Sosialisasi KTSP

  1. (DANSEREAU CS., 1985) Skrip kooperatif :metode belajar dimana Siswa bekerja berpasangan dan bergantiansecara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yangdipelajariLangkah-langkah :
1.      Guru membagi Siswa untuk berpasangan
2.      Guru membagikan wacana/materi tiap Siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3.      Guru dan Siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar Sosialisasi KTSP
4.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar :
·         Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
·         Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5.      Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6.      Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
7.      PenutupSosialisasi KTSP

  1. (MODIFIKASI DARI NUMBER HEADS) Langkah-langkah :
1.      Siswa dibagi dalam kelompok, setiap Siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.      Penugasan diberikan kepada setiap Siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai Misalnya : Siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan Siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3.      Jika perlu, Guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa Siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini Siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4.      Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5.      Kesimpulan Sosialisasi KTSP



  1. TIM Siswa KELOMPOK PRESTASI (SLAVIN, 1995) Langkah-langkah :
1.      Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2.      Guru menyajikan pelajaran
3.      Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4.      Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh Siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5.      Memberi evaluasi6.Kesimpulan Sosialisasi KTSP

  1. (ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978) Langkah-langkah :
1.      Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
2.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.      Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5.      Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh- sungguh
6.      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.      Guru memberi evaluasi
8.      Penutup Sosialisasi KTSP

  1. (PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH)Langkah-langkah :
1.      Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi Siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2.      Guru membantu Siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3.      Guru mendorong Siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. Sosialisasi KTSP.
4.      Guru membantu Siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5.      Guru membantu Siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakanSosialisasi KTSP.

0 komentar:

Posting Komentar