A.
Pengertiaan Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran
- Membahas pembelajaran dalam dunia pendidikan tidak akan ada habisnya. Dalam
kesempatan kali ini akan membahas pengertian pendekatan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran sendiri memiliki arti suatu sudut pandang tentang
proses pembelajaran yang masih dalam arti umum yang didalamnya
dapat mewadahi, menguatkan, memberikan inspirasi.
Dalam
pembelajaran sendiri mengenal pendekatan pembelajaran dalam dua jenis yaitu
pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada pengajar.
Dari kedua jenis pendekatan ini tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan
masing – masing. Yang perlu dilihat adalah mana yang cocok untuk diterapkan
pada proses pembelajaran. Bila melihat kondisi di Indonesia maka sangat
diyakini akan lebih banyak menggunakan proses jenis kedua yaitu berpusat pada
pengajar.
Apapun pendekatan yang akan dipilih merupakan hasil
dari penelitian dan solusi yang tepat dengan kondisi yang tepat. Selain dari
pada itu pendekatan Pembelajaran
juga memiliki kerakteristik yang dapat digunakan antara lain.
1. Indetifikasi, menetapkan
sasaran, menetapkan kualifikasi output dan target yang ingin dicapai harus
dilatari oleh lingkungan yang kali ini berpatok pada masyarakat.
2. Pemilihan cara paling efektif
untuk mencapai sasaran dengan mempertimbangkan.
3. Menentukan langkah yang akan dicapai
mulai dari awal hingga akhir, dengan tujuan agar mudah dalam memantau kinerja.
4. Menetapkan criteria dan standar
sebagai tolak ukur pencapaian pembelajaran yang telah ditetapkan..
Karekteristik
yang ada akan lebih memudahkan dalam membuat beberapa rumusan pencapaian dalam
pembelajran dan dapat menepatkan pendekatan pembelajaran
mana yang tepat untuk digunakan. Dalam proses pembelajaran sendiri tidak dapat
anda putuskan sendiri menginggat kemampuan dari setiap sumber daya dan
lingkungan tidaklah sama. Tetap membutuhkan saran dari beberapa pemangku
kepentingan. Bila anda merupakan tenaga pendidik yang akan memilih menggunakan
pendekatan pembelajaran model seperti apa, usahakan sebelum memilih ketahuilah
kebutuhan yang cocok pada daerah sekitar anda, jangan memaksakan menggunakan
salah satu pendekatan yang benar namun sangat bertentangan dengan realita.
Berkompromi dengan realita dapat menjadi faktor informal yang dapat anda
gunakan. Dalam posisi ini dibutuhkan beberapa faktor informal untuk kepentingan
bersama.
B. Macam-macam
Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran
yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar
belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami
sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat,
dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi,
yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih di utamakan dari pada
hasil belajar, sehingga guru di tuntut untuk merencanakan strategi pembelajaran
yang variatif dengan prinsip membelajarkan
memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat
bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan
lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam
masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan
dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen
Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat
diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan
lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru
adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan
dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu
yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil
“menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual
memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan
keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka
sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui
pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan keterampilan sosial (social
skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6).
Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan
Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual
melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan
menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang
penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
2. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan
berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand
1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt
(1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar
berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh
antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu
dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh
pelajar.
Menurut teori konstruktivisme,
konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan
berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan
Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur
kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia
ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu,
konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman
baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang
juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan
analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya.
Menurut Gagne, Yekovich, dan
Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan
konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana
belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini,
pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992,
disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar
menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih
tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan
pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van
Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa
pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman
dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
Adapun teori lain yang menyatakan
macam-macam pendekatan pembelajaran Deduktif – Induktif yaitu :
a. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan
pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.
Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya
dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
b. Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif
dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau
untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer
atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan
pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif,
memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan
teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan
kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit
memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan
dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan
pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan
Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya
adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous
learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi
berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam
pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi
atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan
pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas
mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa
tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran
lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan
induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya
pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis
proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran
dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal
khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah
konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan
prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa
pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau
generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus
khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan
yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus
memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi
tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan
induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994:
90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi
pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika
bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir
deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal
yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah
siswa dapat terlibat berpikir dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir
deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.
Definisi lain juga menyatakan adanya
pendekatan pembelajaran dengan Konsep dan Proses yaitu :
a. Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui
pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran
tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa
metode siswa dibimbing untuk memahami konsep.
b. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan
sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan
langsung siswa dalam kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal
mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam
pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu
pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan
akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi
potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya
bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan dalam diri peserta didik
dalam setiap proses pendidikan yang dialaminya.
Ø Pendekatan Sains, Tekhnologi dan
Masyarakat
National Science Teachers
Association (NSTA)
(1990 :1) memandang STM sebagai the teaching and learning of science in
thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran
yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini
siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep
dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM
dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an
interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in
order to meet the increasingdemands of a technical society, education must
integrate acrossdisciplines.
Dengan demikian, pembelajaran dengan
pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan
berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di
antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita
terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana
pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian
yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan
pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an
interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many
ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and
how such factors shape science and technology. STM dengandemikian adalah
sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan
teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan
bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National
Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa
pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa
perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada
aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan
konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai
fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat.
Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup
juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah
yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah –
langkah.
C.PEMBELAJARAN EFEKTIF
1.
Peran Guru Dalam Pembelajaran : Guru sebagai Sumber Belajar Peran
guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran.
Oleh sebab itu guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
1. Memiliki referensi materi pelajaran
yang banyak
2. Menunjukan referensi buku yang dapat
dipelajari siswa
3. Memetakan materi pelajaran, dengan
menentukan materi inti dan materi tambahanSosialisasi KTSP
- Guru
sebagai pengelola kelas dan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilaksanakan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta
mengembalikan kondisi belajar yang terganggu.
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Berbagai variasi kegiatan
3. Keluwesan
4. Menekankan pada hal-hal yang positif
5. Mengembangkan disiplin diri Sosialisasi
KTSP
- Guru
sebagai Fasilitator/mediator pembelajaran seharusnya banyak melibatkan
peserta didik, agar mereka mampu sebanyak mungkin bereksplorasi untuk
membentuk kompotensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran
secara ilmiah
1. Tidak berlebihan mempertahankan
pendapatnya
2. Dapat lebih mendengarkan siswa,
terutama tentang aspirasi dan perasaanya
3. Mau dan mampu menerima ide siswa
yang inovatif dan kreatif
4. Lebih memperhatikan hubungan dengan
siswa
5. Toleran menerima kesalahan yang
diperbuat oleh siswa dalam proses pembelajaran
6. Menghargai prestasi siswaSosialisasi
KTSP
- Guru
sebagai pembimbing siswa adalah pribadi yang unik, oleh sebab itu guru
harus mampu membimbing siswa dengan berbagai keunikan yang dimiliki oleh
siswa.
1. guru harus memiliki pemahaman
tentang anak yang dibimbingnya
2. guru harus memahami dan terampil
dalam merencanakan tentang tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai, maupun
merencanakan proses pembelajaranSosialisasi KTSP
- Guru
sebagai Monivator
1. Memperjelas tujuan yang ingin
dicapai
2. Membangkitkan minat siswa
3. Menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam belajar
4. Memberi pujian yang wajar terhadap
setiap keberhasilan siswa
5. Berikan penilaian
6. Berilah komentar terhadap hasil
belajar siswa
7. Ciptakan persaingan dan
kerjasamaSosialisasi KTSP
- Guru
sebagai demontratorl Peran guru sebagai demontrator
adalah peran untuk mempertunjukan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan Guru sebagai evaluator
1. Evaluasi untuk menentukan
keberhasilan siswa
2. Evaluasi untuk menentukan
keberhasilan guruSosialisasi KTSP
- Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (Paikem)
1. Mengaktifkan Siswa dalam Proses
Pembelajaran
2. Memberikan peluang kepada siswa
untuk berinovasi
3. Menjadikan siswa sebagai manusai
yang kreatif
4. Membangun komunikasi pembelajaran
yang efektif
5. Menciptakan lingkungan pembelajaran
yang menyenangkanSosialisasi KTSP
- Kelemahan
PAIKEM Membutuhkan waktu yang
banyak dalam pembelajaran Guru
dituntut untuk memiliki keterampilan dan kreativitas Proses pembelajaran hanya menjadi ajang
permainan Membutuhkan biaya yang besar Membutuhkan persiapan yang
matangSosialisasi KTSP.
- Beberapa
Istilah dalam Strategi Pembelajaran
Pendekatan. Pendekatan (approach) merupakan sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Ada dua pendekatan yaitu pendekatan yang
perpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang
berpusat pada siswa (student-centred approach). Pendekatan yang berpusat
pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran
discovery dan inkuiri serta pembelajaran strategi pembelajaran induktifSosialisasi
KTSP
- Metode.
Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Strategi menunjukan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu,
sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
stategi. Dengan demikian suatu strategi dapat dilaksanakan dengan berbagai
metode Teknik. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
menginplementasikan suatu metode. Setiap orang memiliki gaya tersendiri
dalam pembelajaran walaupun menggunakan metode yang samaSosialisasi KTSP.
- (KEPALA
BERNOMOR) (SPENCER KAGAN, 1992) Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
Siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor
Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian Guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan Sosialisasi KTSP
- (DANSEREAU
CS., 1985) Skrip kooperatif :metode belajar dimana Siswa bekerja
berpasangan dan bergantiansecara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari
materi yangdipelajariLangkah-langkah :
1. Guru membagi Siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap
Siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan Siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
Sosialisasi KTSP
4. Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
·
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap
·
Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti
diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan
Guru
7. PenutupSosialisasi KTSP
- (MODIFIKASI
DARI NUMBER HEADS) Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
Siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap
Siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai Misalnya : Siswa nomor
satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan Siswa nomor
tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3. Jika perlu, Guru bisa menyuruh kerja
sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung
bersama beberapa Siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
Siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
sama mereka.
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari
kelompok yang lain
5. Kesimpulan Sosialisasi KTSP
- TIM
Siswa KELOMPOK PRESTASI (SLAVIN, 1995) Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya =
4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti
dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
seluruh Siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi6.Kesimpulan
Sosialisasi KTSP
- (ARONSON,
BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978) Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4
anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang
telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim
ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu
tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh- sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup Sosialisasi KTSP
- (PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH)Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang
ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi
Siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu Siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong Siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. Sosialisasi KTSP.
4. Guru membantu Siswa dalam
merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka
berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu Siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka
gunakanSosialisasi KTSP.
0 komentar:
Posting Komentar