Rabu, 11 Mei 2016

TUGAS MAKALAH FILSAFAT ILMU

MAKALAH FILSAFAT ILMU

image source: http://2.bp.blogspot.com/
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Fenomena perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pengetahuan yang komprehensif dengan demikian berdampak pada ilmu pengetahuan yang berkembang terus menerus tanpa berhenti seiring dengan perkembangan pengetahuan manusia. Perkembangan pengetahuan manusia tentang kehidupan, alam semesta dan hal-hal yang bersifat abstrak merupakan tantangan dan tujuan dari pencarian kebenaran sejati.
Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan manusia yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengatahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi, dan kesadaran akan ekologi lingkungan dengan tujuan menjadikan manusia tidak hanya berintelektual tingggi, tetapi juga memilki akhlak mulia.
Hal-hal demikian menjadikan seseorang untuk berfikir secara mendalam
, merenung, menganalisis dan menguji coba, serta merumuskan sesuatu kesimpulan yang dianggap benar sehingga dengan melakukan kegiatan terebut dengan tidak sadar sudah melakukan kegiatan berfilsafat, maka dari itu ilmu lahir dari filsafat atau dapat dikatakan filsafat merupakan induk dari sebuah ilmu, oleh karena itu filsafat mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan ilmu. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu. Filsafat merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkaji hal-hal yang ingin dicari kebenaranya dengan menerapkan metode-metode filsafat.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari filsafat?
2.      Apakah pengertian dari ilmu?
3.      Apakah pengetian dari filsafat ilmu?
4.      Bagaimanakah perkembangan filsafat ilmu?
5.      Apakah bidang kajian dan masalah-masalah dalam filsafat ilmu?
6.      Apakah manfaat mempelajari filsafat ilmu?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengetian dari filsafat
2.      Mengetahi pengertian dari ilmu
3.      Mengetahui pengertian filsafat ilmu
4.      Mengetahui perkembangan filsafat ilmu
5.      Apakah bidang kajian dan masalah-masalah dalam filsafat ilmu?
6.      Apakah manfaat mempelajari filsafat ilmu

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat
Filsafat dikembangkan oleh bangsa Yunani diberbagai kota. Masyarakat Yunani mengembangkan Filsafat dikarenakan adanya beberapa faktor yakni pertama, adanya perubahan pada masyarakat Yunani pada abad ke-6 SM yakni dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang hidup dari sektor perdagangan internasional yang berdampak muncul puluhan kota yang mandiri contohnya Athena. Kedua, kondisi tersebut mendukung perkembangan rasionalitas yang baru karena adanya kemakuran sehingga menciptakan iklim yang kondusif bagi manusia untuk berpikir lebih baik guna mencari jawaban atas berbagai masalah. Ketiga, berkembangya bentuk kenegaraan demokratis sehingga orang bisa berpikir lebih bebas dalam menganalisis dan atau mencari tahu jawaban atas masalah yang dihadapi maupun yang menarik baginya. Maka dari itu, kata Filsafat  berasal dari bahasa Yunani. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu.
Pengertian filsafat menurut para ahli:
1.      Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
2.      Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
3.      Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
4.      Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
·         Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
·         Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
·         Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
·         Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
5.      Hasbullah Bakry : Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Karakterisik flsafat:
·         Filsafat adalah bagian dari pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, prinsip, dan asas dari seluruh realitas/objek materi filsafat.
·         Ada objek materi filsafat, bisa ada skala (nyata), niskala (tidak nyata).
·         Pengetahuan filsafat didapat dari aktifitas akal budi dengan menggunakan pemikiran rasional, pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis, menyeluruh, dan sistematis.
·         Filsafat sebagai ilmu bertujuan mencari kebijaksanaan melalui penggalian kebenaran secara mendalam yang menyangkut sebab-sebab pertama ataupun sebab-sebag terakhir.
·         Filsafat merupakan pertanyaan bukan pernyatan yang tak pernah berahir ataupun dapat dikatakan seni kritik atau ilmu kritis guna membangun suatu gudang teoritis yang menjadikan manusia insan yang philosopos.

B.     Pengertian ilmu

Pengertian ilmu menurut para ahli:

1.      M. IZUDDIN TAUFIQ
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya
2.      THOMAS KUHN
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya
3.      Dr. MAURICE BUCAILLE
Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
4.      NS. ASMADI
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)
5.      POESPOPRODJO
Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan uji empiris

C.    Pengertian filasafat ilmu
Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan ke duanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami khazanah intelektuan manusia.
Filsafat ilmu diperkenalkan sekitar abad XIX oleh sekelompok ahli ilmu pengetahuan dari universitas wina. Para ahli ilmu pengetahuan yang dipelopori oleh Moris Schlick membentuk suatu perkumpulan yang disebut Wina circle untuk menyatukan semua disiplin ilmu (kimia,fisika,matematika) pada suatu bahasa ilmiah dan cara bekerja ilmiah yang pasti dan logis. Bidang keilmuan membutuhkan proses kerja ilmiah yang relevan dengan pokok perhatian yang lebih spesifik. Karena itu saat ini filsafat ilmu sudah semakin berkembang dan menjadi filsafat modern yang dibutuhkan dalam setiap ilmu.
Adapaun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berfikir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berfikiran terbuka serta sangat konsern pada kebenaran, disamping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisisr dan sistematis.
Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik  pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji  hubungan antara temuan-temuan ilmu  dengan klaim agama, moral serta seni.
Dengan demikian, Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis.
Berikut adalah pengertian filsafat ilmu menurut para ahli:
1.      Robert Ackermann
Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingn terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.
2.      Peter Caws
Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia.
3.      Lewis White Beck
Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
4.      John Macmurray
Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu.
D.    Perkembangan filsafat ilmu
Secara umum dapat dikatakan bahwa sejak perang dunia ke 2, yang telah menghancurkan kehidupan manusia, para Ilmuwan makin menyadari bahwa perkembangan ilmu dan pencapaiannya telah mengakibatkan banyak penderitaan manusia , ini tidak terlepas  dari pengembangan ilmu dan teknologi  yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai moral serta komitmen etis dan agamis pada nasib manusia , padahal Albert Einstein pada tahun 1938 dalam pesannya pada Mahasiswa California Institute of Technology mengatakan “ Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan  perhatian pada masalah besar yang tak kunjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda,  agar buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan terhadap kemanusiaan (Jujun S Suriasumantri, 1999 : 249 ).
            Akan tetapi penjatuhan bom di Hirosima dan Nagasaki tahun 1945 menunjukan bahwa perkembangan iptek telah mengakibatkan kesengsaraan manusia , meski disadari  tidak semua hasil pencapaian iptek  demikian, namun hal itu telah mencoreng  ilmu dan menyimpang dari pesan Albert Einstein, sehingga hal itu telah menimbulkan keprihatinan filosof tentang arah kemajuan peradaban manusia sebagai akibat perkembangan ilmu (Iptek) .
            Untuk itu  nampaknya para filosof dan ilmuan perlu merenungi apa yang dikemukakan Harold H Titus  dalam bukunya Living Issues in Pilosophy (1959), beliau mengutif  beberapa pendapat cendikiawan seperti Northrop yang mengatakan “ it would seem that the more civilized we become , the more incapable of maintaining civilization we are”, demikian juga pernyataan Lewis Mumford yang berbicara tentang “the invisible breakdown in our civiliozation : erosion of value, the dissipation of human purpose, the denial of any dictinction between good and bad, right or wrong, the reversion to sub human conduct” (Harold H Titus, 1959 : 3)
            Ungkapan tersebut di atas hanya untuk menunjukan bahwa memasuki dasawarsa 1960-an  kecenderungan mempertanyakan manfaat ilmu menjadi hal yang penting, sehingga pada periode ini (1960-1970)  dimensi aksiologis menjadi perhatian para filosof, hal ini tak lain  untuk meniupkan ruh etis dan agamis pada ilmu, agar pemanfaatannya dapat menjadi berkah  bagi manusia dan kemanusiaan , sehingga telaah pada fakta empiris berkembang ke pencarian makna dibaliknya atau seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Ismaun, M.Pd (2000 : 131) dari telaah positivistik ke telaah meta-science yang dimulai sejak tahun 1965.
            Memasuki tahun 1970-an , pencarian makna ilmu mulai berkembang khususnya di kalangan pemikir muslim , bahkan pada dasawarsa ini lahir gerakan islamisasi ilmu, hal ini tidak terlepas dari sikap apologetik umat islam terhadap kemajuan barat, sampai-sampai ada ide untuk melakukan sekularisasi, seperti yang dilontarkan oleh Nurcholis Majid pada tahun 1974 yang kemudian banyak mendapat reaksi keras dari pemikir-pemikir Islam  seperti dari Prof. H.M Rasyidi dan Endang Saifudin Anshori.
            Mulai awal tahun 1980-an, makin banyak karya cendekiawan muslim yang berbicara  tentang integrasi ilmu dan agama atau islamisasi ilmu, seperti terlihat dari berbagai karya mereka yang mencakup  variasi ilmu seperti  karya Ilyas Ba Yunus tentang Sosiologi Islam, serta karya-karya dibidang ekonomi, seperti  karya Syed Haider Naqvi Etika dan Ilmu Ekonomi, karya Umar Chapra Al Qur’an, menuju sistem moneter yang adil, dan karya-karya lainnya , yang pada intinya semua itu merupakan upaya penulisnya untuk menjadikan ilmu-ilmu tersebut mempunyai landasan nilai islam.
            Memasuki tahun 1990-an , khususnya di Indosesia  perbincangan filsafat diramaikan dengan wacana post modernisme, sebagai suatu kritik terhadap modernisme yang berbasis positivisme  yang sering mengklaim universalitas ilmu, juga diskursus post modernisme memasuki kajian-kajian agama.
            Post modernisme yang sering dihubungkan dengan Michael Foccault dan Derrida dengan beberapa konsep/paradigma yang kontradiktif dengan modernisme seperti  dekonstruksi, desentralisasi, nihilisme dsb, yang pada dasarnya ingin menempatkan narasi-narasi kecil  ketimbang narasi-narasi besar, namun post modernisme mendapat kritik keras dari Ernest Gellner dalam bukunya Post modernism, Reason and Religion yang terbit pada tahun1992. Dia menyatakan bahwa post modernisme akan menjurus pada relativisme dan untuk itu dia mengajukan konsep fundamentalisme rasionalis, karena rasionalitas merupakan standar yang berlaku lintas budaya.
            Disamping itu gerakan meniupkan nilai-nilai agama pada ilmu makin berkembang, bahkan untuk Indonesia disambut hangat oleh ulama dan masyarakat  terlihat dari berdirinya BMI, yang pada dasarnya hal ini tidak terlepas dari gerakan islamisasi ilmu, khususnya dalam bidang ilmu ekonomi.
            Dan pada periode ini pula teknologi informasi sangat luar biasa , berakibat pada makin pluralnya perbincangan/diskursus filsafat, sehingga sulit menentukan diskursus mana yang paling menonjol, hal ini mungkin sesuai dengan apa yang digambarkan oleh Alvin Tofler sebagai The third Wave, dimana informasi makin cepat memasuki berbagai belahan dunia yang pada gilirannya akan mengakibatkan kejutan-kejutan budaya tak terkecuali bidang pemikiran filsafat.
            Meskipun nampaknya prkembangan Filsafat ilmu erat kaitan dengan dimensi axiologi atau nilai-nilai pemanfaatan ilmu, namun dalam perkembangannya keadaan tersebut telah juga mendorong para akhli untuk lebih mencermati apa sebenarnya ilmu itu atau apa hakekat ilmu, mengingat dimensi ontologis sebenarnya punya kaitan dengan dimensi-dimensi lainnya seperti ontologi dan epistemologi, sehingga dua dimensi yang terakhir pun mendapat evaluasi ulang dan pengkajian yang serius.
            Diantara tonggak penting dalam bidang kajian ilmu (filsafat ilmu) adalah terbitnya Buku The Structure of Scientific Revolution  yang ditulis oleh Thomas S Kuhn, yang untuk pertama kalinya  terbit tahun 1962, buku ini merupakan sebuah  karya yang monumental mengenai  perkembangan sejarah  dan filsafat sains, dimana didalamnya paradigma menjadi konsep sentral, disamping konsep sains/ilmu normal. Dalam pandangan Kuhn ilmu pengetahuan tidak hanya pengumpulan fakta untuk membuktikan suatu teori, sebab selalu ada anomali yang dapat mematahkan teori yang telah dominan.

E.     Bidang Kajian Dan Masalah-Masalah Dalam Filsafat  Ilmu
Bidang kajian filsafat ilmu ruang lingkupnya terus mengalami perkembangan, hal ini tidak terlepas dengan interaksi antara filsafat dan ilmu yang makin intens. Bidang kajian yang menjadi telaahan filsafat ilmu pun berkembang dan diantara para akhli terlihat perbedaan dalam menentukan lingkup kajian filsafat ilmu, meskipun bidang kajian iduknya cenderung sama, sedang perbedaan lebih terlihat dalam perincian topik telaahan. Berikut ini beberapa pendapat akhli tentang lingkup kajian filsafat ilmu :
1.    Edward Madden menyatakan bahwa lingkup/bidang kajian filsafat ilmu adalah:
·         Probabilitas
·         Induksi
·         Hipotesis
2.    Ernest Nagel
·         Logical pattern exhibited by explanation in the sciences
·         Construction of scientific concepts
·         Validation of scientific conclusions
3.    Scheffer
·         The role of science in society
·         The world pictured by science
·         The foundations of science
Dari beberapa pendapat di atas nampak bahwa  semua itu lebih bersifat menambah terhadap lingkup kajian filsafat ilmu, sementara itu Jujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu. Dalam bentuk pertanyaan, pada dasar filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah :
·         ontologi
·         epistemologi
·         axiologi
ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu, dalam kajian ini mencakup masalah realitas dan penampakan (reality and appearance), serta bagaimana hubungan ke dua hal tersebut dengan subjek/manusia. Epistemologi berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu, bagaimana hubungan etika dengan ilmu, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan.
                        Ruang lingkup telaahan filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di dalamnya sebenarnya menunjukan masalah-masalah yang dikaji dalam filsafat ilmu, masalah-masalah dalam filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan topik-topik kajian yang pastinya dapat masuk ke dalam salahsatu lingkup filsafat ilmu. Adapun masalah-masalah yang berada dalam lingkup filsafat ilmu adalah (Ismaun) :
·         masalah-masalah metafisis tentang ilmu
·         masalah-masalah epistemologis tentang ilmu
·         masalah-masalah metodologis tentang ilmu
·         masalah-masalah logis tentang ilmu
·         masalah-masalah etis tentang ilmu
·         masalah-masalah tentang estetika
Metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang ada, istilah metafisika ini terkadang dipadankan dengan ontologi jika demikian, karena sebenarnya metafisika juga mencakup telaahan lainnya seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan. Epistemologi merupakan teori pengetahuan dalam arti umum baik itu kajian mengenai pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, maupun pengetahuan filosofis, metodologi ilmu adalah telaahan atas metode yang dipergunakan oleh suatu ilmu, baik dilihat dari struktur logikanya, maupun dalam hal validitas metodenya. Masalah logis berkaitan dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah berfikir benar, terutama berkenaan dengan metode deduksi. Problem etis berkaitan dengan aspek-aspek moral dari suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya untuk ilmu, ataukah ilmu juga perlu memperhatikan kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral masyarakat. Sementara itu masalah estetis berkaitan dengan dimensi keindahan atau nilai-nilai keindahan dari suatu ilmu, terutama bila berkaitan dengan aspek aplikasinya dalam kehidupan masyarakat.
F.     Manfaat mempelajari filsafat ilmu
                Filsafat ilmu berusaha mengkaji hal tersebut guna menjelaskan hakekat ilmu yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, dan yang cenderung terfragmentasi. Untuk itu filsafat ilmu bermanfaat untuk :
·    Melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu
·    Melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
·    Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
·    Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Filsafat dikembangkan oleh bangsa Yunani diberbagai kota. Masyarakat Yunani mengembangkan Filsafat dikarenakan adanya beberapa faktor yakni pertama, adanya perubahan pada masyarakat Yunani pada abad ke-6 SM yakni dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang hidup dari sektor perdagangan internasional yang berdampak muncul puluhan kota yang mandiri contohnya Athena. Kedua, kondisi tersebut mendukung perkembangan rasionalitas yang baru karena adanya kemakuran sehingga menciptakan iklim yang kondusif bagi manusia untuk berpikir lebih baik guna mencari jawaban atas berbagai masalah. Ketiga, berkembangya bentuk kenegaraan demokratis sehingga orang bisa berpikir lebih bebas dalam menganalisis dan atau mencari tahu jawaban atas masalah yang dihadapi maupun yang menarik baginya. Maka dari itu, kata Filsafat  berasal dari bahasa Yunani. Adapun pengertian dari filsafat dapat dilihat dari segi etimologis, terminologis, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat sebagai ilmu. Pengertian ilmu menurut M. IZUDDIN TAUFIQ: Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya. THOMAS KUHN: Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya.
Pengertian filsafat ilmu menurut para ahli, Robert Ackermann, Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingn terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya. Peter Caws, Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Lewis White Beck, Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.Ruang lingkup filsafat ilmu: Edward Madden menyatakan bahwa lingkup/bidang kajian filsafat ilmu adalah:
·         Probabilitas
·         Induksi
·         Hipotesis
Ernest Nagel
·         Logical pattern exhibited by explanation in the sciences
·         Construction of scientific concepts
·         Validation of scientific conclusions
Scheffer
·         The role of science in society
·         The world pictured by science
·         The foundations of science
B.     Saran
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu yang diharapkan dapat menjadikan pedoman bagi manusia untuk mencari sebuah kebenaran yang hakiki, dengan demikian diharapkan manusia dapat lebih bisa berpikir kritis yang positif serta dapat menjadi manusia yang bijaksana dalam menghadapi segala permasalahan kehidupan.


DAFTAR PUSTAKA
·         http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html


0 komentar:

Posting Komentar