Jumat, 20 Mei 2016

MANUSIA DAN DIMENSI

1.1.              Pengertian Hakikat Manusia
  Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dengan hewan meskipun antara manusia dan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Kesamaan secara biologis ini misalnya adanya kesamaan bentuk (misalnya kera), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anak, pemakan segalanya, dan adanya persamaan metabolisme dengan manusia. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu zoon politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai das kranke tieri (hewan yang sakit) (Drijakara, 1962:138).

          Kenyataan dalam pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa manusia dan hewan hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperatur lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan, orang hutan, misalnya, dapat dijadikan manusia. Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin dengan teori evolusinya telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari kera, tetapi temuannya ini ternyata gagal. Ada misteri yang dianggap menjembatani proses perubahan dari kera ke manusia yang tidak sanggup diungkapkan yang disebut the missing link, yaitu suatu mata rantai yang putus. Ada suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primata atau kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.
Ø Hakikat manusia dalam Islam diperkenalkan dalam tiga istilah yaitu:
a.       Al-Insan, digunakan menggambarkan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan hakikat penciptaanya.
b.      Al-Basyar, diartikan bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, perlu hiburan, seks dan sebagainya.
c.       An-Nas, menunjukkan pada hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Kata ini juga ditujukan kepada seluruh manusia tanpa melihat statusnya apakah beriman atau kafir.

Adapun beberapa hakikat manusia :
1.            Makhluk yang memiliki Pikiran dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.            Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3.            Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4.            Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5.             Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
6.            Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik bagi yang memahami keagamaannya.

2.2.     Wujud Sifat Hakikat Manusia
ü Kemampuan menyadari diri.
Kaum Rasionalisme menunjuk kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki cirri yang khas atau karakteristik diri.
ü  Kemampuan Bereksistensi
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kemampuan untuk menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemempuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut dengan kemempuan bereksistensi. Jika seandainya pada diri amnesia tidak terdapat kebebasan atau kemampuan bereksisitensi, maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar esensi belaka, artinya ada hanya sekedar berada dan tidak pernah mengada atau bereksisitensi.






ü  Kata Hati
Kata hati merupakan kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah bagi manusia sebagai manusia. Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam.
ü  Moral
Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi atau luhur. Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk, lazimnya disebut tidak bermoral.
ü  Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan, sehingga sanksi apapun yang dituntutkan (oleh kata hati, oleh masyarakat, oleh agama-agama), diterima dengan penuh kesadaran dan kerelaan.
ü  Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral.
ü  Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk social. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut (yang pada saat itu belum dipenuhi), begitu sebaliknya.
ü  Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kemampuan Menghayati Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Penghayatan hidup yang disebut “kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah untuk dijabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan.Proses integrasi dari kesemuanya itu (yang menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut “bahagia”.


2.3.         Dimensi-dimensi Hakikat Manusia
Para ahli mengatakan bahwa pada abad ke- 20 manusia mengalami krisis total,  disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertentu dari kehidupan seperti krisis ekonomi, krisis energi dan sebagainya, melaikan yang dilanda krisis ialah manusia itu sendiri. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat, dengan lingkunganya, dengan tuhannya, maupun dengan dirinya sendiri. tidak ada hubungan pengenalan, pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia. Dalam hal inilah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh dari kebahagian.
Dalam hubugan ini pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai wahana untuk mengantar peserta didik untuk mencapai kebahagiaan yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatakan kualitas hubungannya dengan dirinya, lingkunganya dan tuhannya. Untuk menciptakan rasa kebersamaan dengan individu lain nya, rasa menghormati, serta menjalin hubungan yang baik, maka diperlukan dimensi-dimensi dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia yang sempurna dan berahklak yang baik.
a).  Dimensi keindividuan
*      Pengertian
            Manusia sebagai makhluk individu dimaksudkan sebagai orang yang utuh (individual; in-devide : tidak terbagi) yang terdiri dari kesatuan fisik dan pisikis. Keberadaan ini bersifat unik (unique), artinya berbeda antara yang satu dari yang lainnya.
            Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perujudan individualitas manusia. Kesadaran ini mencakup pengertian yang sangat luas diantaranya ; kesadaran akan realitas, selfrespect, selfnarcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbadaan dan persamaan terhadap potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar dari self realisasi.
Manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi yang berbeda-beda dari yang lainnya atau menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada individu yang identik dimuka bumi ini, bahkan dua anak yang kembar sekalipun pasti mempunyai perbedaan, hanya serupa namun tidak sama apalagi identik.
            Kita ambil contoh, ada dua orang yang kembar, yang mempunyai tangan dan kaki yang sama. Akan tetapi kembar pertama menggunakan tangan dan kakinya untuk melakukan kejahatan dan kembar kedua menggunakan tangan dan kakinya untuk melakukan kebaikan. Secara tidak langsung kembar kedua tidak ingin disamakan dengan kembar pertama karena perilaku kembar pertama tidak baik. Maka dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia itu serupa tetapi tidak sama.
            Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasa’an) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). kepribadian seseorang  yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.
            M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri  yang sangat kuat, meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya, sehingga memerlukan pihak lain, (pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan, sifat-sifat sebagaimana di gambarkan diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuhkan dikembangkan melalui pendidika agar bisa menjadi kenyata’an. Sebab tanpa dibina melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian yang unik, serta kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia.
Dengan kata lain kepribadian seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya, sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai miliknya. Jika terjadi  hal demikian seorang tidak memilki kepribadian yang otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh arus masa, padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk keribadianya atau menemukan kemandiriannya sendiri.
*   Faktor yang mempengaruhi dimensi keindividuan
1.      Lingkungan
Diantara faktor yang mempengaruhi berkembangnya individu sangatlah berfariasi, dalam pemaparan kali ini, factor yang ada hanyalah sebagian kecil dari factor-faktor yang lain, Murray menekankan factor yang mempengaruhi individu ialah kebutuhan dan motifasi merupakan penekanan yang cukup berpengaruh. Dipihak lain murray juga menekankan tuntutan lingkungan (environmental press), tuntutan lingkungan adalah kekuatan-kekuatan dari orang lain yang dapat mengarahkan perilaku seseorang.
2.       Pendidikan
Sebagai contoh, melihat seorang teman yang memperoleh nilai terbaik di kelasnya, mungkin dapat menjadi sebuah dorongan yang memacu usaha seorang teman untuk menjadi unggul. Adapun faktor yang mempengaruhi dalam pendidikan antara lain :
Menurut teori nativisme, teori ini menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi di bidang pendidikan yaitu bahwasanya individu lahir ke bumi membawa faktor turunan, yang dibawa sejak lahir yang berasal dari orang tuanya. Teori nativisme pada umumnya mempertahankan konsepsinya yang menunjukan berbagai kesama’an atau kemiripan antara orang tuanya dengan anaknya, sebagai contoh: orang tua yang memiliki keahlian dibidang sainsmaka akan memiliki keturunan yang sama dengannya.
 Namun teori nativisme tidak memberikan implikasi yang tidak kondusif bagi pendidikan. Teori ini tidak memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya mengubah kepribadian peserta didik. Berdasarkan hal itu, peran pendidik dan sekolah sangat kecil sekali dapat dipertimbangan untuk mengubah kepribadian. Sebab pendidikan dipandang tidak berfungsi untuk mengubah keadaan anak, anak akan tetap sesuai dengan dasar yang dimilikinya. Namun demikian, hal tesebut bertentangan dengan realitas yang sesungguhnya. Karena terbukti sejak dahulu hingga sekarang, para orang tua dan guru, baik dirumah maupun disekolah, mereka mendidik anak/siwa siswinya karena pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan harus dilakukan dalam rangka membantu anak/siswa agar berkembang sesuai yang diharapkan.
3.      Masyarakat
Masyarakat juga memberikan pengaruh terhadap individu karena masyarakat merupakan tempat kedua bagi individu dalam berinteraksi. Karena keluarga terdapat dan berkumpul dalam suatu masyarakat. Secara sadar atau tidak keadaan masyarakat cukup member pengaruh kepada kepribadian seseorang. Kedudukan individu dalam masyarakat merupakan kondisi atau situasi yang tidak dapat dihindari karena individu juga merupakan makhluk sosial yang pasti membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Artinya, individu itu dependen dalam masyarakat.
b). Dimensi kesosialan
*      pengertian
Dimensi kesosialan merupakan dimensi  yang pada dasarnya setiap individu diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dengan dasar-dasar yang baik agar dalam perkembangan selanjutnya tidak meninggalkan bibit-bibit perpecahan antara satu dengan yang lainnya demi terciptanya masyarakat yang lebih kondusif.
Seseorang akan menemukan jati dirinya manakala berada diantara orang banyak artinya manusia tidak mengenali dirinya dan dapat mewujudkan potensinya sebelum dia berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia adalah makhluk social sekaligus juga makhluk individu. Dimaksudkan disini manusia berbeda dengan lainnya, namun manusia sangat membutuhkan manusia lain karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia hidup dalam suasana interdependensi (saling ketergantungan) dalam antar hubungan dan antaraksi. Sebagai contoh posisi keluarga atau orang tua dalam menentukan disiplin anak. Bahwasanya anak itu juga manusia yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang disekitarnya untuk mendidik sang anak.
*      Faktor yang mempengaruhi dalam dimensi kesosialan
1.      Masyarakat
Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu, Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial, pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat memiliki pengaruh mendasar bagi pendidikan. Masyarakat sipil terdiri dari aneka kekuatan dan gerakan yang membawa dampak perubahan disana sini.
2.      Pendidikan
Esensi dari sekolah adalah pendidikan dan pokok perkara dalam pendidikan adalah belajar. Oleh sebab itu tujuan sekolah terutama adalah menjadikan setiap murid di dalamnya lulus sebagai orang dengan karakter yang siap untuk terus belajar, bukan tenaga-tenaga yang siap pakai untuk kepentingan industri. Dalam arus globalisasi dewasa ini perubahan-perubahan berlangsung dalam tempo yang akan makin sulit diperkirakan. Cakupan perubahan yang ditimbulkan juga akan makin sulit diukur. Pengaruhnya pada setiap individu juga makin mendalam dan tak akan pernah dapat diduga dengan akurat.
c). Dimensi kesusilaan
*      Pengertian
Susila berasal dari bahasa Sanskerta. Susila berasal dari dua kata yaitu “su” yang artinya baik, dan “sila” yang artinya perbuatan. Jadi susila adalah segala perbuatan yang baik. Jadi hubungan dari hakekat manusia dengan dimensi kesusilaan adalah dimana seluruh  dari hakekat manusia hendaknya merupakan susila atau perbuatan yang baik. Disamping itu, dalam menjalankan hakekat sebagai manusia kita juga harus berpedoman pada etika berprilaku yang baik dan sopan terhadap sesama.
Dimensi kesusilaan bisa juga disebut dengan keputusan yang lebih tinggi. kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket. Etika adalah (persoalan kebaikan)  sedangkan etiket adalah (persoalan kepantasan dan kesopanan). Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya. Sehingga dikatakan manusia itu makhluk susila. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai kehidupan. Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih sempurna.
Nilai kehidupan adalah norma yang berlaku dalam masyarakat, moral ialah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam moral ajarkan segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai buruk yang ditinggalkan.
Tahapan perkembangan nilai-nilai yang terkandung dalam dimensi ini memiliki berbagai macam tingkatan, antara lain:
§  Tingkatan pertama, Anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, nilai dianggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya.
§  Tingkatan kedua, Pada tahapan ini, seseorang tidak lagi tergantung pada aturan yang secara mutlak mengaturnya, namun seseorang menjadikan aturan sebagai suatu yang dianggap sebagai aturan yang membuatnya tidak bebas dan selalu mengikuti kehendak pribadi.
§   Tingkatan ketiga, Pada tingkatan ini seorang anak memasuki umur belasan tahun, dimana mereka mempelihatkan orientasi perbuatan yang dinilai baik.
§  Tingkatan keempat, Pada tahapan ini, perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya dapat diterima, melainkan bertujuan agar ikut mempertahankan aturan dan norma-norma.
§  Tingkatan kelima, Tingkatan ini merupakan tahapan orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, dengan masyarakat.
*      Faktor yang mempengaruhi dalam dimensi kesusilaan
Faktor yang mempengahuri pertumbuhan dan perkembangan kesusilaan manusia pada lingkungan keseharian pada dasarnya seseorang diharapkan mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung didalam unsur masyarakat. Pengamalan disini tidak hanya pengamalan semata, namun harus diajarkan dan diresapi sedemikian mungkin sampai terciptanya llingkungan yang harmonis dan itu terus berkelanjutan.
Manusia yang lahir dilengkapi dengan kata hati atau hati nurani, sehingga memiliki potensi untuk dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, sehingga ia memiliki pengetahuan. Manusia sebagai mahkluk susila mampu memikirkan dan menciptakan norma-norma untuk mengatur hidupnya baik kehidupan pribadi maupun sosialnya. Manusia merupakan mahkluk yang mampu memahami nilai-nilai susila dan mampu mengambil keputusan susila serta sekaligus ia memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya terhadap perbuatan susila dan perilakunya.
Manusia bukan hanya organisme yang hanya mengetahui melainkan juga organisme yang mampu menilai perbuatan susila baik dirinya sendiri maupun orang lain. Manusia susila adalah manusia yang memiliki, menghayati dan melakukan nilai-nilai kemanusiaan. Manusia mampu mengkristalisasikan dan mengintegrasikan nilai-nilai yang tumbuh dalam pengalaman hidupnya, menyatu dengan penghayatan nilai pribadinya menjadi suatu pandangan hidup yang tersusun secara sistematis dalam suatu system nilai.
Pandangan manusia sebagai mahkluk susila didasari oleh kepercayaan bahwa budi nurani manusia memiliki potensi dasar nilai. Kesadaran manusia akan nilai tidak dapat dipisahkan dengan realitas social karena fungsinya nilai-nilai dan efektifnya nilai-nilai hanya berada dalam kehidupan social. Jadi, kesusilaan dan moralitas merupakan fungsi social, sehingga setiap hubungan social mengandung fungsi susila atau hubungan moral. Tidak ada hubungan sosial tanpa hubungan susila dan sebaliknya (Noorsyam, 1984).
d ).    Dimensi keberagamaan
*      Pengertian
Manusia adalah makhluk yang religius yang dianugrahi ajaran-ajaran yang dipercayainya. Ajaran tersebut akan ada apabila didapatkan melalaui bimbingan nabi. Manusia juga akan mendapatkan pelajaran agama dari orang tua,guru agama, dan orang yang mengerti agama. Karena kita diwajibkan memiliki agama untuk keselamatan hidup dan ketentraman hati. Contohnya orang yang beragama islam, kristen, katolik, hindu dan budha.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk lemah sehingga memerlukan tempat bertopang atau tempang mengadu. manusia memerlukan agama demi keselamatan dan ketentraman hidupnya.
Disini islam sebagai jalan hidup telah berdiri kokoh dan setabil, karena Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, ini adalah firman abadi dari Tuhan yang dinyatakan dalam situasi manusia yang berbeda melalui Nabi dan kitab suci yang berbeda-beda. Stabilitas islam berasal dari kepatuhan hukum Ilahi, yang menentukan aspek kehidupan, hal ini pada umumnya juga diajarkan oleh agama-agama yang lainya, namun  islam tidak bisa disamakan dengan agama-agama yang lainya, dalam hal ini Allah swt berfirman :
Artinya : “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” [An-Nahl : 89]
Dengan demikian berarti ruang lingup ajaran islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Yang tidak bisa disamakan dengan agama-agama yang lainnya, dan diera globalisasi sekarang ini sudah dibuktikan kebenaran agama islam, dimana mana Al-Qur’an yang menjadi pedoman memberikan kontribusi yang luar biasa bagi umat manusia.
*      Fungsi pendidikan dalam dimensi keberagamaan
Proses perkembangan agama dalam pendidikan dilatarbelakangi dengan semakin merosotnya moral manusia dalam ruang lingkup keseharian saat ini. Hal inilah yang menjadi tujuan dalam pendidikan, yang bertujuan membina dan mendidik seseorang agar menjadi manusia yang bermoral dan berakhlak mulia.
Ilmu pengetahuan adalah alat yang harus dimiliki manusia, agar mencapai kesempurnaan dirinya, antara lain meliputi berbagai aspek dalam pembentukan kepribadian dibidang pendidikan, dalam hal ini pendidikan berbasis pesantren lah yang menjadi pondasi utama dalam pelaksanaannya namun tidak meninggalkan antar individu dengan lingkungan dalam sistem pengajarannya, proses dan faktor yang mempengaruhi diantaranya:
1.      Pembentukan hati
·   Pembentukan kata hati nurani.
·   Pembentukan niat dalam melakukan.
2.      Pembentukan kebiasaan
·      Kebiasaan berbuat ihsan kepada Allah swt.
·      Kebiasaan berbuat ihsan kepada sesama manusia,
·      Kebiasaan berbuat ihsan terhadap makhluk Allah lainnya.
3.      Pembentukan daya jiwa
·   Pembentukan filsafat atau pandangan hidup yang selaras dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan tuntutan agama.
Dari ketiga pembahasan di atas, dalam hal ini memiliki dua nilai, yaitu:
a.       Nilai Fungsional
Yang dimaksud disini ialah relevansi bahan dengan kehidupan sehari-hari. Jika bahan itu mengandung kegunaan, atau berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, maka itu berarti memiliki nilai fungsional. Ditinjau dari segi agama, jelas bahwa ajaran itu harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Nilai Esensial
Maksudnya ialah nilai hakiki yng diajarkan dalam islam. Bahwa kehidupan yang hakiki itu berlanjut di alam baqa, jadi kehidupan itu tidak berhenti di dunia saja, melainkan terus sampai alam akhirat. Dengan demikian seluruh nilai-nilai pengajaran islam itu bermuara pada nilai hakiki atau nilai esensial, yang berbentuk nilai pembersianatau pensucian rohani atau jiwa, yang memungkinkan seseorang untuk siap menerima, memahami dan menghayati ajaran agama islam sebagai pandangan hidupnya menuju manusia yang bermoral dan sesuai dengan landasan-landasan agama yang memungkinkannya untuk selalu menjadikan ajaran agama sebagai landasan dalam bersikap yang baik.
Dengan kesadaran akan adanya Tuhan dalam hidupnya, manusia akan mempertimbangkan segala bentuk hubungan vertikal dengan-Nya. Manusia sadar bahwa Tuhan yang menganugrahkan ajaran-ajaran-Nya kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dalam memperoleh keselamatan hidupnya. Selain menyadari nilai-nilai susila secara horizontal juga menyadarinya secara vertikal yang bersumber dari Tuhan, yang selanjutnya dimanisfestasikan dalam aturan ataupun ajaran-ajaran agama (Asy’ari, 1999).     

2.4.         Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia lahir telah dikarunia dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud potensi. Belum terktualisasi menjadi wujud kenyataan atau ‘aktualisasi’, dari kondisi ‘potensi’, menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Setiap manusia lahir dikaruniai ‘naluri’ , yaitu dorongan – dorongan alami (dorongan makan, sexs, mempertahankan diri dan lain - lain). Jika seandainya manusia dapat hidup dengan naluri maka tidak berdaya ia dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah menjadi kearah yang status manusiawi. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin bisa saja terjadi kesalahan – kesalahan yang lazimnya di sebut salah pendidik itu adalah manusia biasa. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu :
·        Pengembangan yang utuh, dan
·        Pengembangan yang tidak utuh

1.      Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembagan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembanganya. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang sanggup menghangtar subjek didik menjadi dirinya selaku anggota masyarakat.
Selanjutnya pengembangan yang telah dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
Ø Dari wujud dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengembangan aspek jasmani dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Kualitas perkembangan aspek rohaniah seperti, pandai, berwawasan luas, berpendirian teguh, bertenggang rasa, dinamis, kreatif terlalu memandang bagaimana kondisi fisiknya.
Pengembangan keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keragaman. Dikatakan utuh jika semua dimensi mendapat pelayanan dengan baik. Dalam hal ini pengembangan dimensi keragaman menjadi tumpuan dari ketiga dimensi yang disebut terdahulu.
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik dikatakan utuh jika ketiga – tiganya mendapat pelayanan yang berimbang. Pengutamaan domain kognitif dengan mengabaikan domain efektif misalnya yang terjadi pada system persekolahaan dewasa ini hanya akan menciptakan orang – orang pintar yang tidak berwatak.
Ø Dari arah pegembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat dirahkan kepada pengembagan dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan dan keragaman secara terpadu. Jika dianalisa satu persatu gambaranya sebagai berikut : pengembangan yang sehat terhdap dimensi keindividuan memberi peluang pada seorang untuk menjadikan eskplorasi terhadap potensi – potensi yang ada pada dirinya, baik kelebihanya maupun kekuranganya.. segi positif yang ada ditingkatan dan negative dihambat. Pengembangan yang berarah konsentis ini bermakna memperbaiki diri atau meningkatkan martabat atau yang sekaligus juga membuka jalan kearah bertemunya sesuatu pribadi dengan pribadi yang lain secara selaras dengan tanpa mengganggu otonomi masing – masing.
Pengembangan yang sehat terhadap dimensi kesosialan yang lazim disebut pengembangan horizontal membuka peluang terhadap ditingkatkanya hubungan fisik yang berarti memelihar kelestarian lingkungan disamping mengekplorasinya
Pengembangan domain kognitif, efektif dan psikomotorik disamping keselarasan (perimbangan antara keduanya), juga perlu diperhatikan arahnya. Yang dimaksud adalah arah pengembangan dari jenjang yang rendah kejenjang yang lebih tinggi. Pengembangan ini disebut pengembangan vertical. Sebagai contoh pengembangan domain kognitif dari kemampuan mengetahui, memahami dan seterusnya sampai pada pengetahuan mengevaluasi.
2.      Pengembangan yang tidak utuh.
Perkembangan yang tidak utuh terhdap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangai, misalnya kesosialan didominasi oleh pengembangan domain koghitif.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya keperibadian yang pincang dan tidak mantap.


0 komentar:

Posting Komentar